Pesawat tanpa awak (drone) tidak hanya digunakan dalam pertempuran, namun kini mereka juga dikembangkan untuk membangun sebuah gedung. Meskipun saat ini penggunaan drone untuk militer masih banyak diperdebatkan, penggunaan drone untuk tujuan sipil masih jarang yang membahasnya. Walaupun demikian, drone telah banyak digunakan di kalangan hobi, fotografer, petani dan belum lama ini para arsitektur sudah menggunakan teknologi drone. Setahun yang lalu, biro arsitek Swiss Gramazio & Kholer bekerjasama dengan Raffaello D’Andrea telah mengembangkan “Flight Assembled Architecture” – sebuah konsep struktur bangunan eksperimental dengan drone yang telah diprogram untuk membangunnya.

 

arsitektur pesawat tanpa awak gramazio kohler 2

Dibuat di FRAC Orleans, Perancis, pada awal 2012, model pada proyek ini merupakan sebuah sistem konstruksi dengan mengintegrasikan elemen robotika, fabrikasi digital, engineering dan desain. Beberapa robot pesawat kecil “quadcopter” mengangkat 1.500 balok ke dan membentuk sebuah menara berbentuk silinder, berdiri pada ketinggian 6 meter lebih. Robot-robot pesawat  ini beroperasi secara otomatis, mampu berkomunikasi satu sama lain dan meletakkan balok sesuai dengan posisinya masing-masing. Menara ini merupakan sebuah konsep masa depan dan masih terus dikembangkan. Model ini merupakan tahap awal untuk konsep yang lebih besar. Para arsitek telah memiliki sebuah konsep untuk membangun sebuah bangunan setinggi 600meter berkapasitas 30.000 penghuni dengan menggunakan model ini.

 

arsitektur pesawat tanpa awak gramazio kohler
Demo Flight Assembled Architecture, di FRAC Centre, Orléans, France, 2011-2012

 

arsitektur pesawat tanpa awak gramazio kohler 3
Demo Flight Assembled Architecdture, FRAC Centre in Orléans, France, 2011-2012

 

arsitektur pesawat tanpa awak gramazio kohler 4
Konsep 3D bangunan yang dibuat dengan Flight Assembled Architecture

Meskipun saat ini masih terdengar seperti cerita fiksi, namun konsep pembangunan gedung dengan material yang diangkat ke udara telah dilakukan. Pada tahun 1920, Buckminster Fuller, seorang arsitek, inventor, desainer dan pelopor Geodesic Dome, pernah mendesain dan mengembangkan sebuah model “Dymaxion House” – sebuah konsep arsitektur dengan mengedepankan produksi secara masal, murah dan dapat diangkut dengan helikopter. Fuller juga mengusulkan untuk menggunakan peralatan militer untuk mengembangkan dan mewujudkan desainnya. Konsep “Flight Assembled Architecture” yang telah didemonstrasikan juga menunjukkan persamaan dengan model Fuller, bahwa sebuah bangunan dapat dikerjakan oleh mesin terbang, dalam hal ini adalah pesawat tanpa awak.

 

Buckminster Fuller Dome

Buckminster Fuller dan arsitek visioner lainnya telah memberikan inspirasi bagi perkembangan proyek tersebut, namun seiring dengan perkembangan komputer dan pemrograman, kini sebuah bangunan dapat dibangun oleh pesawat tanpa awak (mungkin Fuller juga sudah memikirkan hal ini, namun teknologi saat itu tidak memungkinkan). Pesawat tanpa awak dapat diprogram secara khusus dengan berbagai “kemampuan” atau dirancang khusus untuk melakukan tugas tertentu. Mereka dapat bekerja di daerah dimana dengan kondisi alam yang ekstrim atau digunakan untuk membantu dalam kondisi bencana.

Apakah telah digunakan untuk tujuan yang baik atau buruk, pesawat tanpa awak telah memberikan imajinasi kepada manusia untuk berpikir jauh ke depan dan melakukan hal-hal yang sebelumnya dianggap tidak mungkin.

 

Video:

[vimeo 33713231 w=610&h=400]

Gramazio & Kohler Website, Via: Arch Daily

Dukung Mobgenic

Jadilah bagian dari komunitas kreator dan dukung Mobgenic untuk bisa tetap berbagi artikel yang menarik dengan memberikan donasi.

*Donasi melalui aplikasi Saweria

Share.

Leave A Reply